Sketsa seorang pak Umar

Posted: Maret 1, 2009 in telaga hati, Uncategorized
Tag:, ,

Assalaamu’alaikum wr wb

Beberapa hari ini saya jadi sering melihat acara di tivi. Selain karena aji mumpung -mumpung ada tivi, hehehe- ada beberapa acara di tivi yang menjadi favorit saya selama Ramadhan kali ini.

Acara yang paling saya tunggu tunggu setiap hari di bulan puasa ini sudah tentu : adzan maghrib!

Tapi selain itu saya juga suka melihat beberapa iklan yang saya kira cukup “menyentuh”.

Mulai dari iklan yang menceritakan seorang anak perempuan yang bercerita kepada ayahnya tentang perangai temannya di sekolah, yang dengan polosnya berkata “Kok ada sih pa orang kayak gitu..??”

Sampai iklan tentang seorang pemuda yang terjatuh dari pohon rambutan..(jadi inget masa kecil dulu..hehehe..)

Tapi ada sebuah iklan yang saya kira patut menjadi catatan.

Sebuah sketsa tentang seorang kepala sekolah yang bernama Umar, yang sedang mendapat ujian dari Allah. Istrinya sakit dan harus mendapat perawatan di Rumah Sakit.

Pak Umar bingung, “Ya Allah.., darimana saya harus mencari uang buat biaya pengobatan istri saya?”

Dalam kegalauan hati itu, dengan motor antik kesayangannya, dia pun kembali kesekolah, dan kembali melanjutkan tugasnya sebagai seorang guru. Salutnya lagi dia sama sekali tidak memperlihatkan wajah sedih penuh kesusahan didepan para muridnya itu. Dia tetap menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin…

Sampai saat dia kembali ke meja kerjanya…

Ditangannya kini ada dua amplop. Tangan kanan amplop berisi uang dana murid dan amplop kiri berisi tagihan biaya rumah sakit.

Ada keinginan untuk menggunakan dana itu untuk menutupi biaya RS itu..dengan itu masalahnya akan selesai dan istrinya akan dapat segera pulang.

Tapi hati kecilnya berkata “Ingat Allah Umar, itu adalah amanah. Engkau akan diminta pertanggungjawabannya di yaumul mahsyar. Jangan ambil jalan pintas seperti itu..”

Sesaat terjadi pergumulan batin di hati pak Umar, sampai pada akhirnya dia kembali memasukkan dana murid itu ke meja kerjanya…seiring dengan terdengarnya suara adzan.

Dia mengambil keputusan untuk menjual motor antik kesayangannya demi menutupi biaya rumah sakit. Dia lebih memilih jalan itu daripada menyalahgunakan amanah yang sudah dipercayakan kepada dia, daripada menggunakan yang bukan haknya…

Subhanallah…

Mari kita bercermin.. berkaca pada diri kta sendiri.

Adakah kesederhanaan, keikhlasan dan kejujuran yang dimiliki seorang pak Umar pada diri kita?

Berapa banyak dari kita yang sering tergoda dan dibutakan oleh materi, sampai melupakan amanah yang telah di berikan kepada kita.

Berapa banyak dari kita yang sering mengambil jalan pintas demi hanya untuk keuntungan kita pribadi?

Apakah hati kita sudah sebersih hati pak Umar?

Astaghfirullah…saya tidak berani menjawabnya..

Ada berapa banyak pak Umar di sekeliling kita?

Saya tersenyum getir memikirkan itu.

Sketsa itu..berseberangan sekali dengan moral para oknum pejabat negara ini yang dengan gampanganya menyalahgunakan jabatan mereka demi kepentingan pribadi? Apakah mereka ndak takut akan pengadilan agung di mahsyar nanti?

Mungkin beliau beliau perlu melihat iklan itu berulang ulang…atau mengadakan studi banding ke hatinya pak Umar.

Sehingga akan banyak pak Umar-pak Umar di negri ini, yang memandang semuanya sebagai sebuah amanah yang berat, jadi ndak gampang disalahgunakan.

Saya cuma beharap semoga di bulan Ramadhan ini kita semua, terlebih lagi saya, bisa membina diri untuk lebih baik lagi. Menjadikan Ramadhan sebagai Universitas untuk mendidik dan menempa iman dan ketaqwaan kita.

Semoga selepas ramadhan yang agung ini akan terjadi perbaikan dalam diri kita yang akan terbawa dan menghiasi diri ini sampai 11 bulan mendatang, sampai bertemu dengan Ramadhan selajutnya..

M,

Cipocok, Ramadhan hari ke 14.

Tinggalkan komentar